Thursday, March 24, 2011

Bosan


Sudah beberapa minggu ini mama lagi bosan dengan pekerjaan kantor.  Sudah 9 thn mama di pekerjaan ini.  Yah selama itu pula mama mengerjakan hal yg sama.  Hampir tiap hari, tiap minggu, tiap bulan rutinitas itu.  Rasanya sungguh bosan.  Tidak ada sesuatu yg menantang.  Mama merasa ada banyak potensi mama yg belum tergali di posisi sekarang.  Dan mama juga suka kesibukan.  Ada sih kalanya kerjaan sampai bikin istilah “gak napas” tapi itu juarrraaaaaaaangggg bgt.  Seringan ya gini2 aja.  Bingung harus berbuat apa.  Kadang mikir, andaikan waktu yg terbuang disini bisa digantikan dgn bermain dgn Ranu & Dito sambil membesarkan mereka ;(  Harus bikin gebrakan nih buat karir & kemajuan mama pribadi & pastinya buat keluarga tercinta.  Mudah2an diberi kemudahan jalan oleh Allah SWT...amin…

Eh tapi positifnya krn gak terlalu sibuk jadi punya waktu buat nulis2 di blog ;)

Monday, March 21, 2011

Brownies Coklat

Berawal ketika Jumat mama iseng pingin bikin cemilan dgn berbekal bahan yg ada jadilah mama bikin Ollie ball. Apaan tuh? Yah namanya yg tertulis ya bgitu di buku resepnya. Isinya sih bahan donat diisi apel & keju (harusnya kismis) kan judulnya jg manfaatin bahan yg ada.  Jadinya lumayan kok. Tp kurang gula halus sih, buat ditabur diatasnya.  Trus hubungan sama brownies?  Jadi gini diatas gambar buku resep si Ollie ball tsb., terpampang lah brownies coklat yg mang kliatannya enak sih.  Nah si Ranu pun bilang “Ma, mau yg ini. Ini apa ma?” “brownies” Mau brownies ma” “bahannya ga ada Nu””bahannya gak ada yah? “Iya”. Percakapan selesai.  Sambil selsaiin si Ollie ball, ngelirik lah ke si brownies.  Lah ini sih ada semua, bikinnya mudah, & yg paling penting gak butuh bahan2 yg mahal.  Tau sendiri deh namanya jg terjun k dapur msh bau kencur bgt jadi sayang kalo pakai bahan2 mahal, takut gagal. Akhirnya keesokan harinya tarraaaaaaaaaaa………jadilah seonggok brownies enak…hehe yg bilang enak ada lebih dari 2 orang, jadi bolehkan…;)

Ini loh resepnya diambil dari buku resep Ayah Bunda cetakan thn. 1991 (hehe…nyolong dari pondkel)…Eh nyolong buat kebaikan kyk gini, pasti mama bahagia…Lagian mama suka ga percaya ma buku resep, kyknya lebih ke buku pengalaman aja…

Bahan:
100 gr tepung terigu
½ sendok the soda kue
¼ sendok the baking powder
25 gr coklat bubuk
125 cc air panas
150 gr margarine
125 gr gula pasir
2 kuning telur
1 putih telur
100 gr kenari, diiris kasar (Saya ganti dgn keju parut)

Cara Membuat:
Campurkan tepung terigu dengan soda kue dan baking powder
Leleh kan coklat dgn air panas. Aduk rata.
Kocok margarine dgn gula sampai gula hancur. Masukan telur sambil terus dikocok.
Setelah adonan kental masukan tepung terigu dan coklat yg sudah meleleh.  Aduk perlahan-lahan sampai rata.
Ambil Loyang berukuran 20x20cm.  Olesi dgn margarine dan taburi tepung terigu.
Masukan adonan ke dalam Loyang.  Taburi bagian atas dgn kenari / keju
Panggang dalam oven dgn panas sedang sampai matang.

Thursday, March 17, 2011

Belajar dari Bencana Jepang - GAMBARU


Minggu lalu, tepatnya Jumat 11 Maret 2011, Jepang ditimpa bencana tsunami yg diawali oleh gempa bumi berkekuatan 9 SR.  Masya Allah…kalau Allah sudah berkehendak sesiap apapun manusia tetap bisa terpuruk.  Di balik kisah2 yg terjadi di Jepang pasca bencana ada sedikit tulisan dari milis yg sangat menarik utk di share.  Jepang punya  semboyan GAMBARU yg ditanamkan semenjak dini.  Dimana pada intinya (ini yg saya tangkap loh) Kalau hidup itu adalah sesuatu yg harus diperjuangkan,  Tidak boleh sekalipun kita menyerah. Selamat menyimak.


Subject: Say YES to Gambaru!

Memang agak panjang, tapi baik sekali untuk dibaca.
Ditulis oleh seorang mahasiswi yg tinggal Jepang:
------------------------------

Say YES to GAMBARU!
By Rouli Esther Pasaribu

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan.

Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu :

motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi).

Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.

Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja.

Menurut kamus bahasa jepang sih,gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan)
Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan".

Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu"(maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.). Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya.

Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan,

sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.

Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!).

Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must!

Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur.

Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.

Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panic kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain.

Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan.

Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.

Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini?

Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV. Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in. Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan
di TV. Jadi yang ada apaan dong?

Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada

2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi
bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah
tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)

3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman
listrik terencana

4. Tips-tips menghadapi bencana alam

5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam

6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena bencana

7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)

8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati

9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati : *ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi

tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian :  ambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)

*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;

Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu
bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang.

Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu.

Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU.

Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.

Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan.

Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya,

Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang.....

I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju.

Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup.

Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di eropa atau amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung. Begitulah kata beliau.

Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa jepang, ngga akan bisa survive di sini.

Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya.

Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya.

Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya itu.

Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang.

Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini. Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, di mall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana pun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga.

Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati :
Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu.

(Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

Say YES to GAMBARU!

Wednesday, March 2, 2011

Berhati-hatilah Terhadap Palang Pintu Parkir Otomatis

Tulisan papa yg diikutsertakan pada lomba di kantor papa dgn tema “Incident Free Starts With Me”. Sampai berita ini diturunkan…eh maksudnya sampai tulisan ini di posting di blog belum ada kepastian juara. Tapi terlepas dari juara ataupun tidak, tulisannya sudah cukup bagus kok utk kelas pemula & latihan membuat thesis. Oiya satu lagi ini bener2 kisah nyata yg dialami papa. Saat itu status mama papa msh pacaran…Hihi..jadi inget saat itu kelopak mata papa harus diperban, jadi melek aja berat ;) …enjoy reading…


Berhati-hatilah terhadap palang pintu parkir otomatis
Gambar: Link

Salah satu aspek terpenting di dalam kehidupan kita adalah keselamatan. Keselamatan dapat dimulai dari diri sendiri dengan cara mendisiplinkan diri di dalam kehidupan keseharian. Waspada terhadap lingkungan sekitar merupakan salah satu cara untuk menghindari kecelakaan. Keselamatan harus dijadikan prioritas nomor satu di dalam kehidupan dan tindakan sehari-hari. Tulisan dibawah akan menceritakan pengalaman penulis yang berkaitan dengan keselamatan.

Pengalaman tersebut adalah kecelakaan yang diakibatkan oleh palang pintu parkir otomatis, Kejadian tersebut terjadi sekitar 7 (tujuh) tahun yang lalu pada siang hari saat jam makan siang di salah satu gedung perkantoran daerah Jakarta Pusat. Saat itu seperti biasa penulis beserta 4 (empat) rekan lain berjalan dari kantor menuju kantin tempat makan siang. Di dalam perjalanan tersebut, penulis terlibat di dalam suatu pembicaraan yang menarik sehingga penulis lengah mengawasi lingkungan sekitar yang menyebabkan tingkat kewaspadaan menurun.

Kelengahan tersebut berakibat fatal dan penulis tidak memperhatikan adanya palang pintu parkir otomatis yang sedang beroperasi. Palang pintu tersebut bergerak membuka keatas dan ujung palang mengenai kaca mata penulis sehingga menyebabkan lensa kiri pecah dan terlepas dari frame. Secara reflek penulis memejamkan kedua mata akan tetapi pecahan lensa tersebut melukai kelopak mata kiri hingga mengucurkan darah.

Setelah kejadian tersebut, penulis diberi pertolongan pertama dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk diberikan tindakan medis. Akibat dari kejadian tersebut, kelopak mata kiri penulis harus dijahit sebanyak 6 (enam) jahitan dan selama beberapa hari luka tersebut harus dijaga agar tidak terjadi infeksi.

Adapun kondisi area palang pintu tersebut sangat beresiko karena pihak pengelola gedung pada saat itu tidak menyediakan jalur khusus yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Lalu lintas pejalan kaki di area tersebut sangat ramai, karena area tersebut merupakan salah satu akses keluar masuk ke dalam gedung. Kondisi palang pintu parkir itu pun terlihat tidak sesuai standar dimana tidak terdapat karet di sekeliling palang.

Kejadian tersebut rupanya tidak hanya terjadi pada penulis, tetapi juga terjadi pada orang lain. Penulis pernah membaca suatu e-mail pada mailing list yang menceritakan hal serupa, dimana seorang pejalan kaki secara reflek menahan palang pintu parkir otomatis yang sedang menutup dengan menggunakan tangan kirinya. Hal tersebut mengakibatkan badannya terjatuh dan tangannya mengalami patah tulang. Kondisi area palang pintu parkir otomatis tersebut juga sama yaitu tidak menyediakan jalan khusus bagi pejalan kaki.

Berdasarkan kejadian diatas dapat dilihat bahwa kesalahan yang penulis lakukan adalah tidak memperhatikan lingkungan sekitar saat berjalan kaki sehingga mengurangi kewaspadaan diri terhadap bahaya yang mungkin akan terjadi. Kesalahan lain adalah pengelola gedung tidak membuatkan rambu dilarang masuk serta jalur khusus bagi pejalan kaki. Padahal area palang pintu tersebut cukup ramai dilalui oleh pejalan kaki baik yang keluar maupun masuk ke dalam gedung.

Hal positif yang terjadi adalah satu minggu setelah kejadian, pengelola gedung telah meletakkan rambu besar pada area kejadian yang menandakan bahwa pejalan kaki dilarang melewati jalan tersebut dan diharuskan berputar agak jauh. Beberapa lama kemudian,pengelola gedung membuatkan jalur khusus bagi pejalan kaki. Hal tersebut merupakan peningkatan yang patut diapresiasi.

Sampai saat ini penulis masih melihat banyak area palang pintu parkir otomatis di lokasi lain yang tidak memiliki keamanan yang memadai. Keamanan tersebut seperti jalur khusus pejalan kaki yang berlokasi agak berjauhan dengan palang pintu atau rambu pengamanan lainnya yang menandakan pejalan kaki tidak boleh melintasi area palang pintu. Sepertinya belum semua pengelola gedung sadar terhadap bahaya yang mungkin muncul. Atau bisa jadi pengelola gedung tersebut menunggu sampai ada kejadian baru bertindak.

Lesson learned yang dapat dipetik dari kejadian diatas adalah kita harus selalu waspada terhadap lingkungan sekitar. Jika kita melihat bahwa ada sesuatu yang kira-kira dapat menyebabkan kecelakaan, maka hindarilah. Dalam hal diatas, jika kita merasa bahwa tidak aman untuk mendekati palang pintu parkir otomatis, maka hindari dan carilah jalur lain yang lebih aman walaupun jalur tersebut memiliki jarak tempuh lebih jauh.

Pengalaman tersebut diatas membuat penulis trauma selama beberapa waktu saat melewati area tersebut. Semoga cukup hanya penulis saja yang mengalami hal tersebut dan melalui tulisan ini, penulis mengharapkan pembaca dapat memetik pengalaman dan terhindar dari kecelakaan yang penulis pernah alami diatas.